• info@undaris.ac.id
  • 087717793816
News Photo

“Webinar Seri 3 : Bedah Buku Someone has To Die”

Menanamkan Nilai-Nilai Moderasi Beragama


UNDARIS. Serangkaian kegiatan webinar Series, Seri 3 dengan tajuk Bedah Buku Someone has To Diemenjadi sebuah pendekatan baru dalam menanamkan nilai-nilai moderasi beragama bagi mahasiswa. Kegiatan ini dibuka oleh Rektor UNDARIS, bapak Dr. Drs. H. Hono Sejati,S.H.,M.Hum. Beliau mengatakan bahwa Indonesia yang memiliki masyarakat majemuk sangat diperlukan nilai-nilai moderasi beragama untuk membentuk sikap toleransi beragama agar tercipta pesatuan dan perdamaian dalam hidup berbangsa dan bernegara. 

 

Narasumber pada webinar kali ini  dari penulis buku yaitu Jim Boton  (Amerika Serikat), dan pembedah buku Nafik Muthohirin, S.Pd.I., MA.Hum (Dosen Universitas Muhammadiyah Malang), dan  Prof. Dr. Mahmud Farid Ibrahim J., M.Si (Ketua Yayasan Hidayah Bangsa).

Dengan hadirnya Novel “Someone Has To Die” dapat menjadi sebuah pendekatan baru dalam menanamkan nilai-nilai moderasi beragama. Di dalam novel ini menghadirkan beberapa tokoh: mulai dari Louis Staunton (Anggota Kongres AS sekaligus tokoh perdamaian internasional, Saifullah (perekrut teroris asal Indonesia), Abdullah (mantan teroris yang bersembunyi dari masa lalunya), Kristiyana (minoritas Kristen yang tinggal di lingkungan Muslim bersama anaknya: Mayangsari) serta tokoh lain. Banyak nilai sosial-moral yang perlu kita teladani dari isi novel “Someone Has To Die”, misalnya: toleransi antar umat beragama, tidak fanatik berlebihan yang bisa membutakan rasionalitas seseorang, mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan, tidak mudah berstereotip pada pemeluk agama lain, serta menjunjung tinggi perdamaian.

Radikalisme berawal dari sikap intoleransi. Hal ini bisa terjadi karena adanya kurangnya pemahaman terhadap agama yang komprehensif, dan matinya rasionalitas seseorang. Perbedaan agama tidak menjadi sebuah permasalahan, tapi jadikan semua perbedaan itu sebagai sunatullah untuk menjalin persaudaraan. Kita sebagai generasi muda harus menjadi Agent of Change atau Agent of Peace. Dengan cara mengamalkan nilai cinta kasih dan damai, bertoleransi antar umat beragama di lingkungan masyarakat, bangsa dan negara.

(Alil Rinenggo).

 

 

Share This News

Comment